Video of the day

Search This Blog

Sunday, February 27, 2011

Ahmadiyah dan Kelompok Islam Lainnya

Kejadian di Cikeusik  kemarin memancing saya untuk sekedar melakukan blog-walking. Saya jadi penasaran, apa dan bagaimana sebenarnya Ahmadiyah itu. Awalnya saya berpikir ahmadiyah benar-benar aliraan yang “menistakan agama Islam”. Akan tetapi, setelah saya kunjungi beberapa blog pemikiran saya sudah mulai berubah sedikit-demi sedikit.

Dari beberapa sumber yang saya baca, termasuk dari website resmi Jemaat Ahmadiyah Indonesia dan Gerakan Ahmadiyah Indonesia, saya jadi tahu bahwa sebenarnya golongan kiri Islam semacam ini sudah ada sejak dulu, golongan seperti ini bukanlah sebuah macam golongan baru yang katanya menisakan islam.

Untuk lebih jelasnya, mari saya berbagi informasi tentang Ahmadiyah dulu. Ahmadiyyah atau sering pula ditulis Ahmadiyah, adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889, di sebuah kota kecil yang bernama Qadian di negara bagian Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Mujaddid, al Masih dan al Mahdi.

Para pengikut Ahmadiyah, yang disebut sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi, terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah "Ahmadiyya Muslim Jama'at" (atau Ahmadiyah Qadian). Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Kelompok kedua ialah "Ahmadiyya Anjuman Isha'at-e-Islam Lahore" (atau Ahmadiyah Lahore). Di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia.

Kedua kelompok ini memiliki pemahaman yang sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ahmadiyah Qadian percaya bahwa HM Ghulam Ahmad bukan hanya seorang mujaddid (pembaharu), Almasih atau Almahdi, tapi justru dia juga adalah seorang Nabi. Dan kelompok ini juga percaya bahwa kitab tadzkirah adalah kitab suci mereka yang diwahyukan Tuhan kepada sang nabi.

Akan tetapi sebaliknya, kelompok Ahmadiyah Lahore tidak mengakui bahwa HM Ghulam Ahmad adalah nabi baru yang dating setelah Nabi Muhammad, dan kelompok ini masih berpegang teguh bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, pamungkas para Nabi. Tidak akan ada nabi lain setelah wafatnya Nabi Muhammad. Kelompok ini hanya percaya bahwa HM Ghulam Ahmad hanya seorang mujaddid abad 14 dan juga almasih atau almahdi.

Dari sini saya melihat sebenarnya ahmadiyah tidak jauh beda dengan kelompok islam lain, seperti syi’ah misalnya yang sebagian pengikutnya percaya bahwa Ali hanyalah sahabat Nabi, sedangkan sebagian lainnya bahkan menuhankan Ali ra. Atau juga tidak jauh berbeda dengan NU dan Muhammadiyah yang ada di Indonesia.

Kelompok Ahmadiyah adalah bagian lain dari cerita perjuangan Islam, entah dianggap sebagai penghalang atau sebagai pendukung. Ia menjadi berbeda karena memiliki argumen yang berbeda, sebagaimana kelompok-kelompok islam lain yang saling beda argumen.

Dari sini saya kira, tidak ada alasan untuk saling menjatuhkan apalagi "menghancurkan". kalau memang kita beranggapan mereka sesat, maka bukan kekerasan jalan meluruskannya, justru kekerasan hanya akan menjadikan mereka semakin bengkok. satu hal yang patut kita ingat bersama bahwa "jalan menuju kebenaran haruslah benar pula".

wallahuwa'lam..

Tuesday, February 8, 2011

DEMI CINTA KAN KUBERIKAN SEGALANYA UNTUKMU


Celoteh anak desa
Atas nama cinta: Pacaran, Kemesraan, Pegangan, Ciuman, Pelukan dan perzinaan hingga kehamilan yang “ilegal”….
Itulah tahapan “cinta” yang kerap muncul saat ini, dan inilah hal yang paling tidak saya inginkan, apalagi di tanah kelahiran saya. Dalam satu minggu ini, dua remaja telah bukan hanya kehilangan kehormatannya, tapi sudah berbadan dua dengan jalan ilegal alias hamil tanpa ikatan yang sah, pernikahan. Dan sore ini, pertama kali saya mendengar seorang santri mengorbankan pendidikan agamanya—mondok—demi mengejar peraturan boleh berpacaran di kehidupan yang bebas.
Mungkin untuk daerah-daerah yang katanya metropolitan dan modern, seks pra nikah dan kehamilan diluar niakah bukanlah isu baru. Bahkan, bisa dikatakan sebagai sebuah budaya anyar dalam dunia remaja. buktinya, sekitar 60% remaja kota sudah “tanpa mahkota” lagi (http://senyawa-kimia.blogspot.com/2010/02/astaghfirullah-63-remaja-indonesia.html). Seakan-akan no sex no love! (menyedihkan!) Akan tetapi, isu-isu seperti ini adalah suatu hal baru di daerah saya yang kata orang daerah yang “ndeso”. Baru sekarang saja muncul kasus remaja hamil di luar nikah.
Hal ini tidak terlepas dari merebaknya HP sebagai media komunikasi yang paling banyak memberikan kesempatan masyarakat untuk berkomunikasi dengan siapapun. Ketika HP yang awalnya adalah sebuah alat bantu untuk kelancaran kehidupan yang lebih baik, sekarang seakan menjadi kebutuhan baru yang harus terpenuhi dan dimiliki.
Ketika beberapa tahun yang lalu, saat di daerah saya HP adalah barang berharga yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang berduit, kasus-kasus seks pra nikah, perselingkuhan, hamil di luar nikah sangat amat jarang terjadi, meski tidak dipungkiri itu ada walau hanya 1 banding 1000. Hal ini wajar, karena ketika masa tanpa HP ini terjadi, masyarakat—remaja khususnya—sangat sulit untuk bisa berkomunikasi dan berhubungan dengan yang lain. Jika adapun hanya terjadi dalam dengan orang dalam satu lingkup saja dan dalam waktu tertentu saja. Komunikasi mereka tidak terbangun dengan baik saat itu, hingga jalan untuk menuju hal-hal seperti pacaran atau TTM (teman tapi mesrah) sangatlah susah.
Hal ini sangat berbeda dengan keadaan saat ini, ketika HP menjadi hal biasa yang siapapun bisa memegangnya. Seks pranikah, perselingkuhan, dan hamil secara “ilegal” sudah mulai menjadi bahan gosip harian di pinggir jalan. Ini berawal dari begitu gampangnya orang membangun komunikasi. Mau makan, orang bisa bisa berkomunikasi dengan hanya cari kontak dan tinggal panggil saja; mau tidur, tidak afdol rasanya sebelum mengirim “met tidur yah, mimpi indah…”, dan mau apapun bisa berkomunikasi. Akhirnya, karena komunikasi begitu gampang, dengan tanpa dasar prinsip yang kuat, sebuah hubunganpun dengan gampangnya bisa terbangun. Mulai dari sekedar teman smsan saja, lalu berubah menjadi “sahabat”, dari sahabat statusnya naik lagi menjadi teman kencan, lalu pacaran. Dan ketika sudah sampai pada tahap pacaran, seakan tidak terbukti cinta mereka jika tanpa pegangan, lalu menjadi kurang terbukti jika tanpa sebuah ciuman serta pelukan, dan akhirnya sampai pada titik puncak “mengikhlaskan kehormatan” sebagai tanda bukti “kebadian dan ketulusan cinta sejati” mereka (preettt!!!). Innalillahiwainnailaihiroji’unwana’udubillahimindzalik…
Menyedihkan dan mengenaskan. Masyarakat hukum, masyarakat islami, masyarakat beradab, masyarakat berakhlak, kini hanya menjadi sebuah pelajaran kelas saja, tanpa bukti real dalam kehidupan nyata. Mereka mulai terjebak dalam jurang hedonisme, dan membiarkan diri mereka terseret “gelombang cinta” tanpa ikatan prinsip yang kuat.
Semoga hal ini tidak berkelangsungan. Cukup ini saja. Jangan ada korban lagi yang mengatas namakan “cinta”.
(Tapi bagaimana caranya? Bisakah ini terhenti? Atau malah mungkinkah ini berhenti? Semoga saja…)
Sumenep, 17 Januari 2011
__________________________________________
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila zina dan riba telah nampak di suatu kampung, maka sungguh mereka telah menghalalkan diri-diri mereka (ditimpa) adzab Allah ‘Azza wa Jalla. (HR At-Thabrani, Al-Hakim, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Ibnu Abbas. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Al-Bani dalam Shahihul Jami’ nomor 679, dan dishahihkan Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish).

About Me