(sebuah sisi lain dari “Cewek matrepoli$” movie)
Key, salah satu tokoh utama dalam film “cewek matrepoli$”, awalnya adalah seorang gadis dengan daster lusuh dan sandal jepit sederhana. Dia hidup bersama sang Ibu dan ayah tirinya yang kasar dan keras. Bahkan suatu malam, bapaknya masuk kamar dan hendak memperkosa dia. Diapun berteriak dan berhasil lari dari kamar. Tapi nahas, nasib memang sedang tidak berpihak terhadapnya, di tengah jalan dia malah bertemu seorang konglomerat yang menyeretnya menjadi seorang istri simpanannya. Karena alasan “kehidupan” dan membiayai Ibunya yang sedang sakit, diapun terpaksa menjalani profesi tersebut.
Sejak saat itu, Key-pun berubah menjadi gadis metropolis dengan dandanan “gaul” dan modern serta mobil super mewah. Dia memiliki tiga sahabat wanita dan satu orang “separuh wanita”. Mereka begitu kompak dan ceria.
Sejak persahabatan mereka terbentuk, tak seorangpun tahu bahwa dia adalah seorang istri simpanan. Yang mereka tahu Key adalah orang yang mandiri dan dewasa serta cuek terhadap laki-laki. Hingga suatu saat Key jadian dengan Ben, seorang cowok baik-baik dan dewasa, dan kepada Ben Key juga tidak bercerita siapa sebenarnya dirinya.
Tapi nahas lagi, ketika Key menghadiri acara keluarga Ben, dia diperkenalkan dengan Omnya Ben yang ternyata adalah konglomerat yang menjadikan dirinya istri simpanan. Saat itulah semuanya tahu bahwa Key adalah seorang wanita simpanan!
Akhirnya semuanya mencaci dan mencemo’oh Key, termasuk Ben dan ketiga sahabatnya.
Itulah sepotong cerita yang saya tangkap dari film “Cewek matrepoli$” yang baru saja saya tonton bareng dengan teman-teman kos. Film menyisakan makna dalam diri saya. Ia “kembali” mengingatkan saya bahwa kita tidak boleh men-justice seseorang begitu saja. Apapun yang dia lakukan! Karena kita tidak tahu apapun tentang apa yang sebenarnya sedang dia lakukan; kita tidak tahu kenapa dia melakukan hal itu.
Bagi saya, setiap orang memiliki cerita dan jalan hidup masing-masing. Setiap orang memiliki alasan tersendiri kenapa dia lakukan sesuatu. Mungkin, di mata kita perbuatan Key jelek, hina, tidak bermartabat. Tapi, bagaimana seandainya kita yang berada dalam posisi dia, posisi yang memaksa kita melakukan hal-hal yang dianggap nista di mata orang lain?
Saya teringat sebuah kisah dari salah satu buku favorit saya, Jack and Sufi. Di sana diceritakan seorang ibu yang menjadi pelacur. Jika melihat sekilas, kita pasti beranggapan bahwa ibu itu seorang yang hina. Akan tetapi, tahukah kita kenapa dia lakukan hal itu? Ibu itu terpaksa melakukannya karena ingin memondokkan kedua putranya! Subhanallah.
Okelah, apapun alasannya perbuatan itu tetap tidak benar. Akan tetapi, bukan berarti kemudian kita menghakimi dan melabelinya dengan pangkat yang menjijikkan.
Shit up! You dunno anything about me!
Itulah yang seharusnya kita katakan ketika ada orang yang mencemo’oh. Karena mereka tidak tahu apapun tentang kita. Mereka hanya tahu secuil tentang kita; mereka hanya tahu dari luar saja; dari tangkapan indera mata mereka; mereka tidak pernah tahu apa yang ada dalam hati terdalam kita!
Surabaya, Kamar Lanceng Soengenep, 12 Juni 2010, at 12.52