Video of the day

Search This Blog

Tuesday, June 15, 2010

READING IV EVALUATION FORM


This is the READING IV EVALUATION FORM. You can download it HERE. If you have any problem, just send me e-mail.

Remember, this form must be submitted to Miss Silfia's e-mail before june 22nd, 2010. If you do not submit it or you forget to submit it, you will not be allowed to join the final exam of Reading IV. So, make sure to send it in time, otherwise you will lose your exam!

-----------------------------------------

"Dear head of the class,
Please find attached form of feedback which plays as a password to join the final exam.
Make sure you inform your fellas to fill out the form completely, and send it back to me before your final exam week. A and B,before june 22, and C and D before June 24.
Good luck with the preparation.
Best,
Silfia"

Saturday, June 12, 2010

MENITIP HARAPAN LEWAT TUMPENG


(for my beloved, LPBA)
Tadi sore (01/06), sekitar jam 4an, saya ada acara laporan pertanggung jawaban panitia seminar internasional Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) IAIN Sunan Ampel di samping masjid Ulul Albab alias masjid IAIN.
Setelah menunggu beberapa saat, acara LPJpun dimulai, diawali oleh laporan ketua panitia, Mas Anam, sekretaris panitia, mbak Dewi, dan bendahara panitia, mbak Elmina dan sedikit tanya jawab. Setelah agenda utama selesai, lalu acara dilanjutkan dengan makan tumpeng. Acara makan tumpeng ini berlangsung begitu khidmat, disertai canda tawa dan jeprat-jepret kamera.
Acara ini memberikan sedikit pertanyaan dalam benak saya—sebenarnya pertanyaan ini sudah muncul ketika rapat dulu, saat teman-teman memutuskan untuk memakai tumpeng dalam acara syukuran ini. Kenapa harus tumpeng? Bukannya lebih enak makan soto ayam, sate kambing atau apalah yang lebih menggiurkan dan lebih lezat dan “elit” tentunya?
Kalau menurut mbak Istiqamah, sang ketua umum LPBA, kita milih tumpeng karena itu akan mempererat kebersamaan temen, kan makannya jamaah di satu talam? Terus itu juga melambangkan kesederhanaan (untuk kalimat terakhir ini, saya lupa apa dari mbak Iis—pangginal mbak istiqamah—atau bukan).
Sebenarnya jawaban ini sudah menjawab pertanyaan saya tadi, tapi kemudian saya menjadi penasaran tentang tumpeng, apa sih sebenarnya tumpeng itu? akhirnya sayapun tanya ke om Google, dan ces! Saya agak terkejut karena begitu banyak hasil yang muncul, dan yang paling menarik mata saya adalah sebuah judul posting berjudul “FILOSOFI TUMPENG” (lihat http://blog.unnes.ac.id)--ternyata ada filosofinya juga..? J.
Setelah mengunduh dan membolak-baliknya, tenryata tumpeng itu memiliki banyak makna. Bentuknya yang seperti kerucut menandakan hal yang tinggi, artinya kita berharap agar hidup kita bisa tinggi, bisa sukses. Lalu warnanya yang putih—karena tumpeng yang kita pake terbuat dari nasi putih—bermakna kesucian. Kita berharap jiwa dan raga kita selalu bisa menjadi putih bersih. Dan lauk pauknya, seperti kacang panjang,menandakan harapan agar umur kita panjang dan bermanfaat,lalu ikat bandeng menandakan agar rizki kita banyak seperti halnya tulang-tulang ikan bandeng yang begitu banyak, dan telur ayam yang menandakan keterstrukturan, dari kulit, putih telur, lalu kuning telur.
Makna-makna diatas kemudian menjadi harapan saya terhadap LPBA, sebagai salah satu “murid” yang mencari pengalaman dan ilmu di LPBA. Saya berharap agar LPBA bisa seperti tumpeng, yang bisa menjulang tinggi, memiliki prestasi dan pretise yang tinggi dalam pembangunan IAIN Sunan Ampel Surabaya kedepan, khususnya dalam bidang kebahasaan. Saya juga berharap agar LPBA bisa seperti tumpeng yang putih, memiliki kesucian jiwa dan raga, dan bisa menyucikan mereka yang tak suci. Dan juga, seperti kacang panjang, bisa eksis sepanjang masa dalam membangun skill kebahasaan mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya dan seperti telur yang terstrukturr, tidak amburadul dan ngalur ngidul, memiliki tata aturan dan permainan yang jelas dan terorganisir.
Surabaya, Kamar Lanceng Soengenep, 01 Juni 2010, at 19.35

SUGGESTOPEDIA


(sebuah catatan kuliah)


Jum’at (11/06) sore saya dan beberapa teman mengikuti jam tambahan mata kuliah Teaching English as Foreign Language (TEFL) selama dua jaman sejak jam setengah tigaan sampai hampir setengah lima bertempat di Gedung B Fakultas Tarbiyah.

Ada dua topik yang dibahas kali ini, Community Language Learning dan Suggestopedia. Masing-masing topik dipresentasikan oleh dua kelompok yang berbeda dan terlihat penuh dengan persiapan yang matang.

Tidak banyak yang saya dapat kali ini, karena memang tanpa persiapan sama sekali; tak ada satupun literatur yang saya baca sebelum duduk di kelas. Akan tetapi, Suggestopedia menjadi perhatian saya waktu itu, karena sang penemu mengklaim bahwa metode ini dapat mengajarkan bahasa 2-5 kali lebih cepat daripada metode biasa.

Suggestopedia pertama kali diusulkan oleh salah seorang edukator asal Bulgaria, Dr. Georgi Lozanov dengan komunikasi sebagai ultimate goal-nya. Beliau percaya bahwa hal-hal di sekeliling siswa bisa menjadi sugesti proses Pembelajaran, baik sugesti negatif maupun sugesti positif.

"Tujuan dari metode ini adalam menghilangkan asumsi negatif siswa yang sudah mapan (lihat Lozanov, 1978, hal. 252 dalam guruindo.blogspot.com). Asumsi negatif di sini adalah lingkungan yang dapat menurunkan minat maupun kepercayaan siswa untuk mempelajari bahasa. Misalnya, “ah bahasa Inggris itu sulit”, atau “belajar bahasa itu membosankan”, dan lain sebagainya. Asumsi-asumsi ini akan membatasi potensi manusia. (guruindo.blogspot.com)

Ada beberapa poin penting yang saya tangkap dari presentasi teman-teman dan Pak Udin, dosen pengampu TEFL serta beberapa tulisan di blog-blog sahabat.

Pertama adalah bahwa siswa harus memiliki kepercayaan terhadap guru. Hal ini penting, karena dalam memberikan sebuah sugesti (baca: pengetahuan) maka yang disugesti harus percaya bahwa itu benar. Ketika sang guru berkata “belajar bahasa Inggris itu mudah”, maka timbul semangat dalam diri siswa untuk mempelajarinya, karena mereka percaya bahwa belajar bahasa Inggris itu memang mudah. Akan tetapi, di sini tidak berarti bahwa guru menjadi otoriter.

Kedua, guru harus selalu memberikan sugesti positif. Di sini tujuannya seperti yang saya kutip di atas, bahwa sugesti atau asumsi negatif akan membatasi potensi siswa dan dengan membangun sugesti positif untuk menggantikan sugesti negatif itu, akan memaksimalkan potensi siswa yang ada.

Salah satu contoh kecil dari sugesti positif adalah dengan tidak menyalahkan secara langsung sang murid ketika melakukan koreksi. Menurut Pak Udin, koreksilah dengan halus dan bertahap tanpa menyalahkan sang siswa, karena menurut beliau, kesalahan ada bukan untuk disalahkan tapi untuk dituntun menjadi benar.

Contoh lain dari sugesti positif adalah dengan membangun lingkungan yang membuat siswa nyaman selama proses pembelajaran. Kelas yang sejuk, tenang, bersih, kursi yang empuk, dinding yang bergambar dan bertuliskan kalimat-kalimat motivasi, dan juga guru yang tidak menakutkan. (kata mas Farid, teman kelas saya, kalau kondisi kelas kita gitu, bisa-bisa semuanya pada ngiler ketiduran!!!)

Dan juga, metode ini percaya, bahwa siswa akan lebih baik dalam proses pembelajaran jika mereka belajar secara tidak sadar. Saya tidak begitu paham dengan poin yang satu ini, hanya saja jika saya kaitkan dengan research di guruindo.blogspot.com tentang penggunaan Suggestopedia di kelas, mungkin ada kaitannya dengan penggunaan musik klasik selama proses pembelajaran. Karena menurut penelitian, otak akan berfungsi maksimal ketika berada dalam kondisi Alpha. Dan musik klasik, disebut-sebut bisa membawa otak kita dalam kondisi tersebut. (guruindo.blogspot.com)

Selain itu, siswa juga perlu menggunakan identitas baru, siswa disuruh membayangkan menjadi seseorang di luar diri mereka. Hal ini penting dilakukan, karena metode ini percaya bahwa peran fiktif mereka akan membebaskan mereka dari permasalahan dunia nyata mereka. (guruindo.blogspot.com)

Dari poin-poin di atas, saya menagkap bahwa poin utama dari metode ini adalah bagaimana menjadikan siswa memiliki interest untuk mempelajari bahasa target dengan membangun kepercayaan mereka terhadap pembelajaran bahasa maupun san guru dan membangun kondisi yang nyaman dan aman, baik dalam diri ataupun di luar siswa itu sendiri.


Surabaya, Kamar Lanceng Soengenep, 12 Juni 2010, at 09.39

Shit up! You dunno anything about me!


(sebuah sisi lain dari “Cewek matrepoli$” movie)
Key, salah satu tokoh utama dalam film “cewek matrepoli$”, awalnya adalah seorang gadis dengan daster lusuh dan sandal jepit sederhana. Dia hidup bersama sang Ibu dan ayah tirinya yang kasar dan keras. Bahkan suatu malam, bapaknya masuk kamar dan hendak memperkosa dia. Diapun berteriak dan berhasil lari dari kamar. Tapi nahas, nasib memang sedang tidak berpihak terhadapnya, di tengah jalan dia malah bertemu seorang konglomerat yang menyeretnya menjadi seorang istri simpanannya. Karena alasan “kehidupan” dan membiayai Ibunya yang sedang sakit, diapun terpaksa menjalani profesi tersebut.
Sejak saat itu, Key-pun berubah menjadi gadis metropolis dengan dandanan “gaul” dan modern serta mobil super mewah. Dia memiliki tiga sahabat wanita dan satu orang “separuh wanita”. Mereka begitu kompak dan ceria.
Sejak persahabatan mereka terbentuk, tak seorangpun tahu bahwa dia adalah seorang istri simpanan. Yang mereka tahu Key adalah orang yang mandiri dan dewasa serta cuek terhadap laki-laki. Hingga suatu saat Key jadian dengan Ben, seorang cowok baik-baik dan dewasa, dan kepada Ben Key juga tidak bercerita siapa sebenarnya dirinya.
Tapi nahas lagi, ketika Key menghadiri acara keluarga Ben, dia diperkenalkan dengan Omnya Ben yang ternyata adalah konglomerat yang menjadikan dirinya istri simpanan. Saat itulah semuanya tahu bahwa Key adalah seorang wanita simpanan!
Akhirnya semuanya mencaci dan mencemo’oh Key, termasuk Ben dan ketiga sahabatnya.
Itulah sepotong cerita yang saya tangkap dari film “Cewek matrepoli$” yang baru saja saya tonton bareng dengan teman-teman kos. Film menyisakan makna dalam diri saya. Ia “kembali” mengingatkan saya bahwa kita tidak boleh men-justice seseorang begitu saja. Apapun yang dia lakukan! Karena kita tidak tahu apapun tentang apa yang sebenarnya sedang dia lakukan; kita tidak tahu kenapa dia melakukan hal itu.
Bagi saya, setiap orang memiliki cerita dan jalan hidup masing-masing. Setiap orang memiliki alasan tersendiri kenapa dia lakukan sesuatu. Mungkin, di mata kita perbuatan Key jelek, hina, tidak bermartabat. Tapi, bagaimana seandainya kita yang berada dalam posisi dia, posisi yang memaksa kita melakukan hal-hal yang dianggap nista di mata orang lain?
Saya teringat sebuah kisah dari salah satu buku favorit saya, Jack and Sufi. Di sana diceritakan seorang ibu yang menjadi pelacur. Jika melihat sekilas, kita pasti beranggapan bahwa ibu itu seorang yang hina. Akan tetapi, tahukah kita kenapa dia lakukan hal itu? Ibu itu terpaksa melakukannya karena ingin memondokkan kedua putranya! Subhanallah.
Okelah, apapun alasannya perbuatan itu tetap tidak benar. Akan tetapi, bukan berarti kemudian kita menghakimi dan melabelinya dengan pangkat yang menjijikkan.
Shit up! You dunno anything about me!
Itulah yang seharusnya kita katakan ketika ada orang yang mencemo’oh. Karena mereka tidak tahu apapun tentang kita. Mereka hanya tahu secuil tentang kita; mereka hanya tahu dari luar saja; dari tangkapan indera mata mereka; mereka tidak pernah tahu apa yang ada dalam hati terdalam kita!
Surabaya, Kamar Lanceng Soengenep, 12 Juni 2010, at 12.52

About Me