Kita memohon kepada Allah agar membersihkan jiwa kita daripada penyakit riya’a dan sum’ah. Kerana keduanya adalah penyakit paling berbahaya. Bila penyakit tersebut menimpa seoarang hamba, maka rusaklah amal perbuatannya. (Dr. ‘Aidh Al-Qorni, Al-Islam wa Qodhoyal ‘Ashr(Mereka Ingin Memadamkan Matahari))
===================
Riya', penyakit hati yang satu ini adalah yang paling saya takuti, karena ia bisa berada dalam niat apapun, dalam niat baik kita lebih-lebih dalam niat buruk kita, dan penyakit ini yang bisa menjadikan amal kita hanya menjadi amal duniawi saja. Dan parahnya, penyakit ini bisa muncul tanpa kita sadari.
Apa itu riya’ ? Banyak kalangan mengartikan riya' sebagai perbuatan ingin dipuji orang, ingin terlihat baik di depan orang atau ingin diperhatikan orang. Penyakit ini memiliki kembaran, yaitu sum'ah. Sum’ah menurut bahasa berarti memperdengarkan.Dan menurut istilah sum’ah berarti suka memperdengarkan amal ibadah kepada Allah SWT,dengan harapan mendapatkan pujian dari oranglain. Kedua-duanya adalah merupakan ciri-ciri kemunafikan. Sebagaimana sabda Nabi yang
menyatakan “orang-orang yang sudah berbuat riya’ dan sum’ah disebut munafik.”(HR.Muslim)Riya; merupakan sifat yang tidak disukai Allah. Rasulullah saw bersabda ” Barangsiapa bersikap riya’, maka Allah akan memperlihatkan keriya’annya di akhirat kelak. Barangsiapa suka memperdengarkan ibadahnya, maka Allah akan memperdengarkan perbuatannya itu kelak” (HR Bukhari dan Muslim)
Orang yang riya' biasanya berusaha untuk baik ketika berhadapan dengan publik, berusaha untu menjadi orang yang alim. Akan tetapi, ketika sendirian, ia menjadi orang yang penuh dengan ketidak baikan. Dan orang-orang seperti ini akan menjadi orang yang rugi di kehidupan selanjutnya. Rasulullah saw bersabda,“Pada hari kiamat nanti, akan datang sekelompok orang membawa banyak kebajikan laksana gunung Tihamah yang berwarna putih yang akan diubah oleh Allah menjadi debu yang beterbangan” Para sahabat bertanya,” Wahai Rasulullah! Bukankah mereka adalah kaum muslimin?” Baginda menjawab, “Benar. Mereka solat sebagaimana kalian solat. Mereka juga berpuasa seperti kalian berpuasa. Bahkan mereka memiliki kelebihan harta untuk disedekahkan, dan juga melaksanakan solat malam. Tapi kalau sedang sendirian, mereka gemar melakukan perbuatan-perbuatan haram.” (HR Ibn Majah)
Dalam hadits lain, Rasulullah turut memperingatkan kita tentang riya’ ini,
“Sesunguhnya hal yang paling aku khawatirkan terhadap diri kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Beliau menjawab, “Riya’.” (HR Ahmad)
Di sisi lain, Facebook merupakan media bersosial yang sangat diminati banyak masyarakat, lebih-lebih remaja. Dan bagi sebagian besar Facebooker, facebook menjadi diary baru yang menampung keluh kesah mereka. Sakit hati, update satus di facebook. Habis tengkar, update status facebook. Menang lomba, update status di facebook. Habis ketemu pacar, update status facebook. Hampir semua hal mereka tuliskan di status facebook.
Ketika sebatas update status saja dan untuk meluapkan emosi saja, mungkin tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika tanpa sadar kadang ada riya' dan sum'ah yang men yertai update status kita. Misalnya, habis isya' mau ke masjid kita update status "traweh dulu ah...", jika niatan kita biasa saja apalagi untuk berdakwah agar ada yang ikut traweh juga, sangat bagus rasanya, akan tetapi, terkadang, update status ini dibarengi dengan niatan agar orang tahu "ini loh aku anak yang rajin ke traweh". Lebih-lebih yang punya pacar, update statusnya ahanya agar sang pacar tahu bahwa dia anak solehah (padahal di facebook doank). Jika sudah seperti ini jadinya, maka eman-eman tarawehnay (jika traweh beneran), karena sudah diawali dengan niatan yang tidak baik.
Ada juga yang update status, "maaf ya Allah, hari ini saya tidak bisa ngaji, besok saja ya.." jiahhh!!! kayak sms sama pacar saja! tapi bukan bahasanya yang saya permasalahkan, melainkan kenapa juga yang ginian di update di facebook, ini kan urusannya sama Tuhan (kayak Tuhan ikutan maen facebook saja). Bukannya zu'udzan, hanya saja, eman-eman ya sama amalnya. (kalo niatnya riya' maksudnya, kalau nggak, yah lanjutkan saja).
Dari sini, Facebook seakan-akan menjadi media yang sangat gampang membawa kita pada syirik kecil tersebut, meski kadang (atau sering) tanpa kita sadari.
Hmmmm....Okelah kalau begitu.
Btw, disini saya tidak bermaksud menggurui atau mengajari atau mengingatkan. Saya juga tidak bermaksud zu'uddzan. Saya hanya menulis pengalaman dan perasaan pribadi saya saja. Maaf kalau ada yang tersinggung atau tersanjung.
Semoga saya dan anda tidak riya' dalam berupdate status di Facebook dan dalam kehidupan yang lain. Amin
==================================================
Doa Rasulullah, “Ya, Allah, aku berlindung kepadaMu jangan sampai aku menyekutukanMu dengan sesuatu sedangkan aku tahu, dan aku memohon ampun dari segala yang tidak aku tahu.” (HR Ahmad)
Hasan Bashri juga berdoa agar dirinya bebas dari sifat-sifat ini,
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari riya’ dan sum’ah. ”
No comments:
Post a Comment