Radio menempatkan diri sebagai medium penyiaran berita aetara dengan media strategi lainnya, seperti media cetak dan televise. Perkembangan jurnalistik radio di indonesiadari segi umur masih bayi, bahkan baru “lahir kembali” ketika mentri penerangan M Yunus yosfiah mengeluarkan surat edara nomer 134/ SK/MENPEN/1998 tertanggal 5 juni 1998, yang berisi pengurangan”kewajiban”relay warta berita RRi dari empat belas kali menjadi tiga kali sehari, pemberian izin bagi radio swasta untuk membuat dan menyiarkan berita sendiri, intonasi maupun gaya bahasa jurnalistik yang sesuai dengan sekmen pendengar radio bersangkutan.
Dengan adanya jurnalistik radio mahasiswa dapat berlatih menjadi reporter yang sekaligus penyiar radio dan penyiar yang juga reporter radio, tercakup tiga komponen yang esensial yaitu kemauan mahasiswa untuk berlatih, keinginan instruktur untuk memeriksa tugas, dan modul yang bisa dipakai berlatih sendiri. Bila ketiga komponen ini dialamatkan kepengajaran jurnalistik radio di perguruan tinggi, kita akan sedih, sebab ketiganya tidak tersedian dengan baik. Kita lihat jarang sekali mahasiswa yang mau mengalami pertubian (drilling) dalam waktu yang cukup lama mereka cendrung berlatih hannya untuk memenuhi kewajiban yang diberikan instuktur, mereka seolah-olah berpendapat bahwa latihan bukan untuk mereka melainkan untuk isntruktur.
Gambaran instruktur dalam mengajarkan jurmalistik radio dipergururan tinggi juga tak kalah suramnya. Tidak banyak diantara mereka yang bersedia memeriksa tugas mahsiswa secara rinci hingga sebuah tugas dikerjakan oleh mahasiswa secara benar. Tidak banyak diantara mereka yang dengan penuh penahanan diri menunjukkan kelemahan mahasiswa dalam mengerjakan tugas dan memperlihatkan bagaimana sebuah tugas tersebut harus dikerjakan secara sempurna. Maka mahasiswa pun merasa tidak nyaman dalam mengerjakan tugas-tugas mereka.
A. Definisi Berita Radio
Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendididikan dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya menvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya.
Jurnalistik adalah segala hal yang menyangkut proses perencanaan, meliput, memproduksi dan melaporkan sebuah fakta menjadi berita .jika dalam media cetak pengertian berita adalah peristiwa yang di ulangi, maka dalam radio berita adalah peristiwa yang dikomunikasikan kepada pendengar pada saat yang bersamaan dengan peristiwanya. Jika proses mengulangi itu menyangkut rekonstruksi itu berlangsung secara spontan, dalam hitungan detik, sehingga dibutuhkan ketajaman mengendus substansi berita yang menarik dan keahlian menyampaikannya secara langsung dan interaktif.
Sebetulnya belum ada definisi yang sangat tepat untuk mengartikan istilah radio news, kecuali kesepakatan bahwa News is business. Sebagai bahan perbandingan, ada beberapa pendapat pakar radio yang bisa diacu yaitu:
1. Paul D. Maessenner, dalam bukunya Here’s the news. News adalah sebuah informasi yang baru tentang suatu peristiwa yang penting dan menarik perhatian serta minat pendengar berita radio dapat pula berarti apa yang terjadi saat ini, apa yang segera terjadi dan apa yang akan terjadi.
2. Prof mitchel V. Charnley, dalam bukunya”Reporting” News adalah laporan tentang fakta atau opini yang menarik perhatian dan penting, yang dibutuhkan sekolompok masyarakat. Jeams M. Neal dan mitchel V. Chanrley mengartikan berita radio sebagai laporan tentang suatu peristiwa, opini kecendrungan situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru, dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.
3. Curtis Beckmann, Post president RTND. News diartikan sebagai laporan atau opini atau peristiwa yang penting bagi sejumlah besar khalayak. Berita yang besar adalah liputan opini atau peristiwa yang sangat dibutuhkan pula oleh orang .
Dari beberapa literature diatas dapat dikatakan bahwa definisi berita radio adalah suatu kajian laporan berupa fakta dan opini yang mempunyai nilai berita penting dan menarik bagi sebanyak mungkin orang, dan disiarkan melalui media radio secara berkala. Berita radio menjawab persoalan apa yang terjadi, dan bagaimana peristiwa tersebut berlangung.
B. Karakter Berita Radio.
Karater berita radio dapat ditentukan menjadi empat macam :
1. segera dan cepat; laporan berita/opini di radio sesegera mungkin dilakukan untuk mencapai kepuasan pendengar dan mengoptimalkan sifat kesegeraannya sebagai kekuatan radio.
2. actual dan factual; berita radio adalah hasil liputan peristiwa /opini yang segar dan akurat sesuai fakta yang sebelumnya tidak diketahui banyak khalayak.
3. penting bagi masyarakat luas; harus ada kekuatan dan nilai berita (news value) yang berlaku dalam pengertian jurnalistik secara umum, guna memenuhi kepentingan masyarakat.
4. relevan dan berdampak luas; masyarakat sebagai pendengar merasa membutuhkannya dan akan mendapatkan manfaat dari berita radio, yaitu pengetahuan, pengertian dan kemampuan bersikap/ mengambil keputusan tertentu sebagai respons atas sebuah berita
C. fungsi Sosial Radio
Di dalam proses komunikasi social, peran ideal radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan, yaitu inforrmasi, pendidikan, dan hiburan. Tidak terpenuhinya salah atu kebutuhan tersebut akan membuat radio kehilangan fungsi social, kehilangan pendengar, dan pada akhirnya akan digugat masyarakat sebab tidak berguna bagi mereka. Para insane radio dewasa ini sadar betul bahwa puisi social mereka sedang di sorot. Program hiburan sebagai primadona harus dikaji ulang kembali, guna disinergikan dengan program informasi, sekecil apapun persentasinya. Konsep acara infotaiment menjadi jawaban awal terhadap upaya kolaborasi musik sebagai symbol program hiburan dengan berita sebagai symbol informasi pendidikan. Hanya saja, pendengar dan juga insan radio sendiri tentu tidak pernah merasa puas jika hanya berhenti sampai disitu. Apalagi jika idealismenya tidak tersalurkan secara maksimal pada satu bentuk program saja.
Ada beberapa tingkatan tingakatan peran social yang diemban radio dalam kapasitasnya sebagai media public, atau yang dikenal dalam konsep radio for society.
Pertama radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak kepihak lain. Kedua,radio sebagai sarana mobilisasi pendapat public untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga, radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau diskusi untuk mencari solusi bersama yang saling menguntungkan. Keempat, radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran. Beberapa fungsi tersebut bisa di emban sekaligus, tetapi ada kalanya hanya salah satu saja. Yang penting adalah konsistensi dan optimalisasi pada suatu peran.
D. Sikap kritis masyarakat
Dalam pemahaman modern pendengar radio bukan lagi objek yang menggunakan telinga untuk menyimak sebuah acara. Mereka juga menggunakan nalar pikir dan sekaligus empati, sehingga membentuk sikap kritis, jika program yang ditayangkan radio tidak sesuai maka, sikap mereka tidak sekedar memindah channel atau gelombang ke stasiun lain, tetapi akan bersikap anti pati terhadap stasiun yang dinilai mengecewakan. Sebagai contoh, dominasi menu hiburan yang muncul diradio menimbulkan kebosanan jika tidak mampu menyuguhkan vareasi program. Dan salah satu pertimbangan untuk memfareasikan program adalah sikap memberdayakan pendengar dengan memberikan mereka suguhan informasi yang bersifat actual dan yang dapat mencerdaskan intelektual pendengarnya.
Sikap masyarakat terhadap radio makin kritis, bahkan diera reformasi ini cederung makin “brutal”. Fenomena ini seharusnya membuat stasiun radio tertantang untuk membenahi bagian-bagian yang masih “bolong” menuju radio yang professional dalam melayani kebutuhan masyarakat.
Berkaitan dengan fungsi social sebagai sarana diskusi, apakah mengudarakan sikap kritis masyarakat merupakan visi yang harus dipilih radio masa depan. Dengan cara seperti itu, sebuah radio bisa mengikuti pertumbuhan masyarakat yang dan ikut serta mengelola berbagai potensi distruktif yang mungkin timbul dari sikap kritis itu, menjadi arena diskusi yang hangat, bersahabat dan intelek, jauh dari kerusuhan massa. Radio bisa “memindahkan” kerusuhan dilapangan yang penuh darah menjadi kerusuhan diudara yang penuh perdebatan intelektual.
E. Tuntutan Pasar Komersial
Sejak radio informasi (news radio) menjamur di indonesia, khususnya Jakarta, yogyakarta, dan Surabaya; pemeo bahwa berita tidak bisa “menjual”dan “dijual”, dalam konotasi komersial, tidak berlaku lagi. Radio informasi ternyata mampu eksis bahkan menempati rating pendengar tertinggi dalam setiap survey. Jarang pula terdengar ada radio informasi yang gulung tikar, sebagaimana terjadipada radio hiburan. Persoalan informasi radio tidak bisa dijual ternyata bukan terletak pada isi informasinya, melainkan pada kemasan dan sasaran pendengar yang dituju. Oleh kaena itulah, pada saat iniberbagai pelatihan digelar bahkan melalui bantuan doanasi asing, denagan sasaran memperbaiki kinerja SDM jurnalis radio dfalam mengemas sajian berita. Pada saat yang sama, para pengiklan dan perusahaan besar menunggu hasilnya untuk diajak bekerja sama.
F. Pers Radio Makin Dilirik
Walaupun dibandingkan dengan media cetak dan televisi, jurnalistik radio dianggap sebagai “anak kecil”, namun menjelang dan sesudah reformasi, radio menjadi bagian yang sangat penting dalm kehidupan pers dan kehidupan masayarakat yang sadar akan informasi.
Keasadaran yang muncul dikalangan pengelola (owner) dan praktisi(broadcaster) bahwa radio merupakan media informasi strategis, mendapatkan momentum yang sangat tepat. Seperti menemukan kembali”anak hilang”, yaitu program informasi, radio berlomba menyajikan berita sebaik mungkin, baik dari segi materi maupun pengemasannya .
Gairah untuk menyajikan berita itu dapat dilihat dalam dua pendekatan sosiologis. Pertama, kesadaran makin berkembang dikalangan insane radio bahwa sebagai institusi social yang terikat dengan dinamika social masyarakat pendengarnya. Dinamika yang berkembang dimasyarakat merupakan sumber inspirasi yang terus menerus harus diikuti radio sebagai media publik, jika ia tidak mau ditinggalkan pendengar.
Kedua, perubahan sosial dimasyarakat layak dicatat sebagai pendorong utama berkiprahnya radio, terutama radio swasta dalam menyajikan informasi. Selain perubahan yang bersifat makro,yaitu meningkatnya sikap kritis masayarakat terhadap pemerintah dan media massa, perubahan itu juga menyangkut pergeseran budaya dengar sari pasif menjadi aktif, dan dari entertainment minded ke information minded. Sekarang ini makin sussah menemukan masyarakat pendengar yang suka dipanggil sebagai hanya pendengar musik. Merak lebih suka dipanggil sebagai pendengar warta dengan berbagai alas an rasional. Pada saatnya nanti, persepsi masyarakat akan berubah terhadap radio, dari media hiburan menjadi media informasi dan pendidikan.
Karena wujudnya yang bersifat melayani(serve) bukan sekadar menginformasikan (to inform) maka program jurnalistik di radio sangat terasa manfaatnya, misalnya; siaran informasi lebaran(Arus mudik dan Balik), baik yang digelar RRI maupun radio swasta.
Tiga alas an mengapa jurnalisme radio makin dilirik, karena sifat ketersegeraan (actuality), format kemasan (body style) dan lokalitasnya. Prinsipberita hari ini baca hari ini, mungkin masih bisa dikejar oleh media cetak, tetapi jika berita detik ini dengarkan detik ini juga, hanya radio yang bisa melakukannya. Media online seperti Detik.com sekalipun harus membutuhkan jeda waktu sejumlah detik untuk menayangkan berita dari reporter lapangannya. Sementara itu, reporter radio bia melaporkan secara langsung peristiwa serupa, bahkan mengajak pendengar untuk berinteraksi memberikan tanggapan terhadap peristiwa actual yang sedang dilaporkannya. Berita radio yang tersaji secara langsung menjadi primadona karena aktualitas dan objektivitasnya terejamin tanpa rekayasa ulang dari redaktur atau reporter lapangan.
kemasan berita radio dewasa ini makin bervariasi, sehingga memudahkan masyarakat pendengar untuk memilih kemasan yang pas buat mereka, dan mencatat waktu penyiaran yang sesuai dengan kesibukan mereka. Seperti halnya media cetak dan televise, program berita di radio tidak berhenti pada berita pendek(straight news), tetapi juga berbentuk bulletin, feature, bahkan investigative news. Diantara sekian bentuk itu, format interaktif merupakan pilihan pavorit, karena pendengar dapat berposisi ganda, sebagai responden sekaligus reporter. Jika dibandingkan dengan televisi, keunggulan berita radio adalah sifat imajinatifnya. Kemasan auditif yang tersaji kepada pendengar dapat merangsang mereka untuk membayangkan suasana peristiwa yang sebenarnya dan melibatkan mereka dalam peristiwa itu secara imajiner. Berita radio yang sukses adalah berita yang mampu menggugah emosi pendengarnya.
Kalaupun berita radio telah makin dilirik masyarakat, bukan berarti insan radio harus berbangga diri dan optimis. Sebabpersoalan krusial justru sedang menghadang dan memerlukan solusi dini. Persoalan itu menyangkut SDM dan etika jurnalistik. Sebagi “pendatang baru” dalam kancah reportase, reporter radio masih dihinggapi sejumlah penyakit, seperti minder dan kesulitan beradaptasi akibat miskin petualangan.
Sedangkan masalha etiak idak kalh krusialnya. Moralitas reporter yang baik selama dilapangan akan ditentukan oleh tingkat kesejahteraan, penghargaan terhadap karya, dan lingkungan perusahaan yang kondusif sebagai “kawah candradimuka” intelektual. Pada dasarnya, reporter adlah seorang intelektualyang berkaca pada hati nurani ketika meliput sebuah peristiwa dan menghadapi sebuah godaan seperti amplop dan teror fisik.
Kesediaaan untuk mengantisipasipersoalan tersebut akan mempermudah cara penyelesaiannya, sebab dari sudut jumlah dan budaya interaksi, reporter radio relative masih sedikit, sehingga dalam masalah pembinaan dan pengawasan relative lebih mudah pula. Akan tetapi, itu tentu hanya bisa terjadi jika aa niat baik dari pemilik perusahaan radio, dan reporter itu sendiri. Keduanya dapat belajar, baik dari “buruknya” cermin insane media cetak dan televisi, maupun dari mereka yang telah berhasil menjaga citra diri dengan baik di mata masyarakat.
G. Prinsip Penulisan
Pada prinsip penulisan radio terdapat antara lain;
A. ELF-(Easy listening formula). Susunan kalimat yang jika diucapkan enak didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran pertama.
B. KISS(keep it simple and short).hemat kata, tidak mengumbar kata. Menggunakan kalimat-kalimat pendek dan tidak rumit. Gunakan sedikit mungkin kat sifat dan anak kaliat (adjectives).
C. WTYT(write the way you talk). Tulisan sebagaimana diucapkan. Menulis untuk “disuarakan”, bukan untuk dibaca.
D. Satu kalimat satu Nafas. Upayakan tidak ada anak kalimat. Sedapat mungkin tiap kalimat bisa disampaikan dalam satu nafas.
Jadi, radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana.
Jurnalistik adalah segala hal yang menyangkut proses perencanaan, meliput, memproduksi dan melaporkan sebuah fakta menjadi berita
Sebagai bahan perbandingan, ada beberapa pendapat pakar radio yang bisa diacu yaitu:
1. Paul D. Maessenner, dalam bukunya Here’s the news. News adalah sebuah informasi yang baru tentang suatu peristiwa yang penting dan menarik perhatian serta minat pendengar berita radio dapat pula berarti apa yang terjadi saat ini, apa yang segera terjadi dan apa yang akan terjadi.
2. Prof mitchel V. Charnley, dalam bukunya”Reporting” News adalah laporan tentang fakta atau opini yang menarik perhatian dan penting, yang dibutuhkan sekolompok masyarakat. Jeams M. Neal dan mitchel V. Chanrley mengartikan berita radio sebagai laporan tentang suatu peristiwa, opini kecendrungan situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru, dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.
3. Curtis Beckmann, Post president RTND. News diartikan sebagai laporan atau opini atau peristiwa yang penting bagi sejumlah besar khalayak. Berita yang besar adalah liputan opini atau peristiwa yang sangat dibutuhkan pula oleh orang
Karater berita radio dapat ditentukan menjadi empat macam :
• Segera dan cepat
• Aktual dan factual
• Penting bagi masyarakat luas
• Relevan dan berdampak luas
Di dalam proses komunikasi social, peran ideal radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan, yaitu inforrmasi, pendidikan, dan hiburan
Ada beberapa tingkatan tingakatan peran social yang diemban radio dalam kapasitasnya sebagai media public, atau yang dikenal dalam konsep radio for society.
Pertama: radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak kepihak lain.
Kedua,radio sebagai sarana mobilisasi pendapat public untuk mempengaruhi kebijakan.
Ketiga, radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau diskusi untuk mencari solusi bersama yang saling menguntungkan.
Keempat, radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran. Beberapa fungsi tersebut bisa di emban sekaligus, tetapi ada kalanya hanya salah satu saja.
Sikap masyarakat terhadap radio makin kritis, bahkan diera reformasi ini cederung makin “brutal”.
Radio informasi ternyata mampu eksis bahkan menempati rating pendengar tertinggi dalam setiap survey
Dibandingkan dengan media cetak dan televisi, jurnalistik radio dianggap sebagai “anak kecil”, namun menjelang dan sesudah reformasi, radio menjadi bagian yang sangat penting dalm kehidupan pers dan kehidupan masayarakat yang sadar akan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Masduki, Jurnalistik Radio,¬Lkis Yogyakarta, 2001.
Syamsul Asep M. Romli, Jadi Penyiar itu asyik Lho !, Ujung-Bandung,nuansa, 2007.
Adam, Rainer, dkk, politik dan radio, Friedrich Naumarun Stiftung Jakarta : 2000.
Ashadi siregar, jurnalistik radio, Seminar Radio UNISI FM FDWY yogyakarta :1994.
www.kjpnews.co,nr.
No comments:
Post a Comment