Video of the day

Search This Blog

Saturday, April 10, 2010

AL-QUR'AN SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM


A. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an berasal dari bahasa qara’a-yaqrau yang berarti bacaan, menghimpun, dan mengumpulkan. Sedangkan arti secara istilah adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan melalui malaikat jibril dan yang membacanya sesuai ketentuan yang berlaku adalah bernilai ibadah. Ada beberapa perbedaan cara ulama didalam mengartikan Al-Quran itu sendiri, namun perbedaan-perbedaan itu sifatnya tidak terlalu signifikan dan tidak merubah akan keaslian Al-Quran tersebut. Allah berfirman dalakm kitab-Nya:

Artinya kitab Al-Quran itu tidak ada keraguan padanya;petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (Al Baqarah ayat 2) .
Ayat tadi cukup jelas bagi kita untuk dijadikan bahan acuan bahwa sampai kapan pun Al-Qur’an tetap akan terjaga kemurniannya.
Mempercayai akan adanya Al-Qur’an yang sangat komlpleks dan bersaatra tinggi ini adalah suatu kewajiban yang tidak bias ditawar-tawar lagi bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun permpuan yang sudah balig. Karena pada hakikatnya hal demikian adalah bentuk aplikasi keimanan dan keislaman dari seorang muslim yang haqiqi. Sehingga janganlah mengaku islam jika masih belum mempercayai akan adanya Al Qur’an.
B. Kandungan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang tidak satupun kekurangan terdapat didalamnya, bahkan Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab yang bisa menjawab segala bentuk jenis petanyaan karena Al-Qura’n adalah kompleks. Adapun kandungan-kandungan Al-Quran adalah sebagai berikut:
 Tentang aqidah tauhid
Yaitu Al-Qur’an diturunkan sebagai pelurus aqidah tauhid manusia. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ar-Rum ayat 30:


Artinya; Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum: 30)
 Memuat Tentang Tuhan.
Dengan mengandalkan akal semata, manusia tidak mungkin mengenal allah dengan baik kecuali eksistensi-Nya yang dapat dikenal melalui ciptaan-Nya, karena manusia adalkah mahluk, dan Allah adalah khalik. Karena itulah tidak ada altrnatif lain bagi manusia untuk mmengenal Allah kecuali malalaui Kitab-Nya, yaitu Al-Qur’an yang telah memperkenalkan keesaan-Nya dan sifat-sifat-Nya dengan sebaik-baiknya . Dalam hal ini Allah swt. berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tak ada tuhan ( yang hak ) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shlat untuk mengingat Aku”. ( Thaahaa: 14 )
 Memuat tentag ibadah, yaitu memuat tentang ibadah-ibadah kepada allah misalnya shlat, zakat,dan lain-lain.



Artinya: “Dan dirikanlah shlat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahalanya pada sisi Alla. Sesungguhnya Allah maha melihat apa yamng kamu kerjakan”. (Al-Baqarah 110).
Dari kandungan-kandungan yang kita lihat di atas, cukuplah jelas bagi kita, bahwa kitab suci Al-Qur’an tidak hanya memuat hal-hal yang sepele tetapi memuat hal-hal yang bersifat urgen.
 Dan lain-lain.
C. Hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur
Al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz itu, bukanlah sesuatu yang serta-merta berbentuk sedemikian rupa, akan tetapi semua itu ( surat-surat dalam Al-Qur’n) membutuhakan proses yang sangat lama. Hal yang sedemikian pastilah memunyai maksut tertentu yang berdampak positif bagi orang islam. Adapun hikmah-hikmah yang kami maksud adalah:
 Menguatkan atau meneguhkan hati rasulullah s.a.w.
Rasulullah s.a.w telah menyampaikan dakwanya kepada manusia, tetapi ia menghadapi sikap mereka yang membangkang dan watak yang keras. Ia ditantang oleh orang-orang yang berhati batu, berperangai kasar dan keras kepala. Mereka senantiasa melemparkan berbagai macam gangguan ancaman kepada rasul. Padahal dengan hati tulus dia ingin menyampaikan segala yang baik kepada mereka. Sehingga dalam halm ini allah berfirmnan:

Artinya: “Maka barangkali kamu akan membunuh dirimu sendiri karena bersedih hati sekiranya mereka tidak beriman kepada keteranagan ini”. ( al qur’an ) ( Al kahfi: 6 ).
Wahyu turun kepada rasulullah dari waktu ke waktu sehingga dapat meneguhkan hatinya atas dasar kebenaran dan memperkuat kemauannya untuk tetap melamgkahkan kaki di jalan dakwah tanpa menghiraukan perlakuan jahil yang dihadapinya dari masyarakatnya sendiri, Karena yang demikian itu hanyalah kabut di musim panas yang segera akan berahir.
 Tantangan dan mukjizat
Orang-orang musyrik senantiasa berkubang dalam kesesatan dan kesombongan hingga melampoi batas. Mereka sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menentang, untuk menguji kenabian rasulullah. Mereka sering menanyakan kepadanya pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu untuk ditanyakan.

Artinya: “Berkatalah orang-orang yang kafir: “mengapa al quran tidak diturunkan sekali saja?”; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil ( betul dan benar )”.
 Mempermuda pemahaman dan hafalan
Al-Quran turun di tengah-tengah kaum yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis. Catatan mereka adalah hafalan dan ingatan. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang cara penulisan dan pembukuannya, sehingga alternatif yang mereka ambil adalah menghafal.
 Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa
Pada mulanya, Al-Qur’an meletakkan dasar-dasar keimanan kepada Allah, malaikat-malaikt-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kiamat serta yang ada pada haari kiamata itu seperti kebangkitan, hisab, balasan surga, dan neraka. Untuk itu, qur’an menegakkan bukti-bukti dan alasan sehinga kepercayaan kepada berhala tercabut dari jiwa orang-orang musyrik dan tumbuh sebagai gantinya aqidah islam.
 Bukti yang pasti bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh yang maha bijaksana dan dan maha terpuji.

Artinya: “Alif laam ra, inilah suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Allah yang maha bijaksan dan maha tau”. ( hud: 1)
D. Kemukjizatan Al-Qur’an
I’jaz ( kemukjizatan ) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kemampuan. Apabila kemampuan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz ( sesuatu yang melemahkan ). Yang dimaksud I’jaz dalam pembicaraan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai rasul dengan menampakkan kelemahan orang arab menghadapi mukjizat yang ada, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Dan mu’jizat ( mukjizat ) sesuatu hal yang luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawan.
Aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an
1). Abu ishak an-nizam dan pengikutnya dari kaum syi’ah seperti al-Murtada bependapat, kemukjizatan Al-Qur’an adalah dengan cara sirfah ( pemalingan ). Arti sirfah dalam pandangan an-Nizam ialah bahwa Allah memalingkan orang-orang arab untuk menantang Qur’an padahal sebenarnya, mereka mampu menghadapinya. Maka pemalingan inilah yang luar biasa ( mukjizat ). Sedangkan sirfah menurut pandangan al-Murtada ialah bahwa Allah telah mencabut ilmu-ilmu dari mereka yang diperlukan untuk menghadapi Qur’an agar mereka tidak mampu membuat yang seperti Qur’an. Pendapat ini menunjukkan kelemahan pemiliknya itu sendiri. Sebab tidak akan di katakana kepada mereka yang di cabut kemampuannya untuk berbuat sesuatu, bahwa sesuatu yang membuatnya lemah selama ia mempunyai kemampuan untuk melakukan pada suatu waktu. Akan tetapi yang melemahkan ( mu’jiz ) adalah kekuasaan Allah, dan dengan demikian Qur’an bukanlah mukjizat. Padahal pembicaraan kita tentang kemukjizata Qur’an, bukan kemukjizatan Allah, akan tetap ada sepanjang masa.
2). Suatu golongan ulama berpendapat, Qur’an mukjizat dengan balaghah-nya yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya. Ini adalah pendapat ahli bahasa arab yang gemar akan bentk bentuk makna yang hidup dalam untaian kata kata yang terjalin kokoh dan retorika menarik.
3). Golongan lain mengatakan, kemukjizatan Qur’an itu terletak pada pemberitaannya tentang hal-hal gaib yang akan datang yang tak dapat diketahui kecuali dengan wahyu, dan pada pemberitaannya tentang sesuatu hal yang sudah terjadi sejak masa penciptaan makhluk, yang tidak mungkin diterangkan oleh ummi yang tidak pernah behubungan dengan ahli kitab. Misalnya Allah tentang penduduk badar yang artinya sebagai berikut:
“golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur kebelakang” (Al-Qamar: 45)
E. Surat Makiyah dan Madaniyah
Surat makiyah adalah surat yang diturunkan kepada nabi Muhammad ketika nabi masih di mekkah ( belum hijrah ), sedangkan surat madaniyah adalah surat yang diturunkan di madinah ( setelah nabi hijrah ). Kedua macam surat tersebut tentunya sama-sama mempunyai ciri-ciri tertentu yang signifikan yang nantinya mudah untuk dideteksi apakah termasuk surat makiyah atau surat madaniyah.
Para ulama telah meneliti surat-surat makkiyah dan madaniyah; dan menyimpulkan beberapa ketetuan anlogis bagi keduanya, yang menerangkan cirri-ciri khas, gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Dari situ mereka dapat menghasilkan kaidah-kaidah dengan cirri-ciri tersebut. Lebih jelasnya berikut adalah ketentuan-ketentuan sekalaigus cirri-ciri dari surat makkiyah dan madaniyah.
Ketentuan makkiyah dan cirri khasnya:
1. Mengandung sajdah dan lafal kalla.
2. Mengandungh yaa ayyuhan naas dan tidak mengandumg yaa ayyuhalladziina aamanuu, kecuali surat al hajj yand pada ahirnya terdapat yaa ayyuhalladziina aamanuu.
3. Mengandung kisah para nabi, ummat terdahulu, nabi Adam dan iblis kecuali surat al baqarah.
4. Mengaandung singkatan seperti alif laam miim kecuali surat al baqarah dan al ‘imran.
5. Ajkan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada allah.
6. Peletakan dasar-dasar umum yang dan perundang-undangan dan ahlak muliya yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat.
7. Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata ung mengesankan sekalii
Ketentuan madaniyah dan cirri khasnya:
1. Mengandung kewajiban dan had ( sanksi ).
2. Menyebutkan orang-orang munafik kecuali surat al angkabut.
3. Mengandung dialog dengan ahli kitab.
4. Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, wrisan, jihad, hubungan sosial dan masalah perundang-undangan.
5. Seruan terhadap ahli kitab dari kalangan yahudi dan nasrani dan ajakan kepada mereka untuk masuk islam.
6. Menyikapi prilaku orang-orang munafik, menganalisis jiwanya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
7. Suku kata dan ayatnya panjang-panjangdan dengan gaya bahasa yang menetapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.







BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
1. Al Qur’an berasal dari bahasa arab qara’a yaqrau yang berarti bacaan, menghimpun, dan mengumpulkan. Sedangkan arti secara istilah adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad dengan melalui malaikat jibril dan yang membacanya sesuai ketentuan yang berlaku adalah bernilai ibadah
2. Di antara kandungan-kandungan al-qur’an adalah:
a. Tentang aqidah tauhid;
b. Memuat tentang tuhan;
c. Memuat tentag ibadah;
d.Dan lain-lain.
3. Bagi Rasulullah dan bagita orang muslim, al-qur’an adalah sesuatu yang luar biasa, sehingga dia disebut sebagai mukjizat.
4. surat makkiyah adalah surat yang diturunkan kepada nabi Muhammad ketika nabi masih di mekkah ( sebelum hijrah ) dengan cirri-ciri tertentu, sedangkan surat madaniyah adalah surat yang diturunkan kepada nabi Muhammad ketika nabi berada di madinah ( sesudah hijrah ) dengan cirri-ciri tertentu pula.











DAFTAR PUSTAKA

Halimuddin. 1992. Sejarah Al-Qur’an. Jakarta: PT. Melton Putra.
Hasan, Mali. 2000. Studi Islam. Jakarta: Srigunting.
As, Mudzakir. 2007. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.
Shihab, Quraishy. 1998. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.
Quth; An, Manaul. 1993. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syadali, A. 1997. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia
Maksum,. Ali. 1071. Al-Qur’n dan terjemahan. Surabaya: mahkota.

No comments:

Post a Comment

About Me