Video of the day

Search This Blog

Saturday, April 10, 2010

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI DAN KOGNISI PADA MASA DEWASA AKHIR


Usia Tua Saat Ini dan Beberapa Istilah
Pada saat ini, sudah mulai banyak lansia yang sehat dan “berumur panjang”. Mereka mulai meninggalkan paradigma umum yang beranggapan bahwa lansia tidak sehat dan lansia tidak aktif, terhadap diskriminasi umur. Memang tak dapat dipungkiri bahwa manusia akan menjadi tua, akan tetapi sekarang kita dapat berkelit bahwa orang tua tidak selalu rapuh.
Berbicara masalah “tua” yang dalam bahasa inggrisnya disebut old, mari kita lihat beberapa istilah yang berhubungan dengan “tua” yaitu young old, old old dan oldest old.
Istilah young old banyak dinisbatkan oleh para pakar kepada mereka yang berumur 65-74 tahun, dan old-old kepada mereka yang berusia 75 sampai 84 tahun. Sedangkan oldest old digunakan terhadap mereka yang berada pada usia 84 tahun keatas.
Akan tetapi,alangkah lebih bermaknanya ketika istilah-istilah diatas lebih dinisbatkan pada ranah fungsional saja, bukan kronologikal. Artinya, istilah young old dinisbatkan kepada mereka—orang tua—yang masih berkondisi sehat dan bugar, ol old kepada mereka yang setengah sehat dan setengan bugar dan oldest old diperuntukkan kepada mereka yang tidak sehat dan tidak bugar.

A. Perkembangan Fisik
1. Perubahan fisik
Perubahan fisik di asosiasikan dengan penuaan yang dapat di lihat dengan pengamatan biasa, seperti pada kulit yang menua menjadi memucat dan kurang elastis, sering dengan mengkerutnya otot kulit jadi mengkerut, pembengkakan pada pembuluh darahdi kaki, rambut yang emmutih dan menipis.
Selain itu juga tubuh pada orang dewasa yang lebih tua menjadi lebih pendek karena melemahnya tulang vertebrae dan menyebabkabn mereka bungkuk karena penipisan tulang “dowager hump” pada beklakang leher terutama pada wanita dengan osteoporosis, selain itu komposisi kimia tulang juga berubah itu menyebabkan keretakan yang lebih besar.

2. Perubahan Organis dan Sistemis
Perubahan organis dan sistemis diasosiasikan system tubuh menurun dengan tajam, penuaan bersama debngan stress kronis dapat menekan fungsi kekebalan tubuh dan menjadikan lebih rentan terhadap flu, peumonia, infeksi pernapasan lainya (kiecolt-glaser and glaser, 2001).
Selain itu juga pengaruh terhadap jantung disini jantung cenderung menjadi lambat dan tidak teratur, timbunan lemak yang terakumulasi disekeliling jantung dapat menganggu fungsinya dan tekanan darah meningkat.
Disamping itu juga penurunan kemampuan pencadangan (reserve capacity) fungsi dar4i kemampuan pencadangan membantu system tubuh sepenuhnya pada waktu stress.

3. Penuaan Otak
Pada lansia perubahan otak biasanya bersifat rendah, pada usia 30 otak kehilangan beratnya, pada usia 90 otak kehilangan 10% dari beratnya. Penyebabnya hilangnya neuron(sel syaraf) di cerebral cortex. Fungsi neuron disini menangani sebagian besar tugas kognitif. Reset lain menjelaskan penciutan ukuran neuron berkaitan dengan kehilangan jaringan kognitif : axons, dendrite dan sinaps. Penyusutan itu berlangsung lebih awal dan bnergerak lebih cepat pada frontal cortex yang merupakan bagian penting bagi ingatan dan fungsi kognitif tingkat tinggi (west 1996 : wickelgren 1996) pembentukan kerusakan pada bagian putuih akson dapat mempengaruhi performan kognitif ( deary, leaper, marray, staff dan whalley,2003)
Beberapa struktur otak serebral kortex menyusut lebih cepat pada pria dibandingkan pada wanita (coffey et al,1998). Penurunan kortikal juga terjadi paling cepat pada diri orang yang kurang berpendidikan(coffey, sexton,catcliff, brian dan lucke,1999). Karena pemasukan yang tinggi dan penurunan kemungkinan ketidakmamapuan dapat meningkatkan kemampuan pencadangan otak, solusi disini biasakan latihan erobik karena dapat memperlambat hilangnya lapisan otak(colcombe et al 2003)
Bersamaan dengan hilangnya bagian otak muncullah perlambatan respo gradual disebabkan penurunan pada system syaraf pusat disini bukan hanya mempengaruhi koordinasi fisik tetapi juga fungsi kognitif.

4. Fungsi Sensoris dan Psikomotoris
Pada masa dewasa akhir, sebagian besar—rata-rata—para lansia mengalami penurunan fungsi sensoris dan psikomotoris, meskipun ada beberapa yang merasa biasa-biasa saja alias tidak mengalami penurunan fungsi. Penurunan cenderung lebih parah pada masa old old.
Masalah penglihatan misalnya. Rata-rata lansia yang mengalami gangguan penglihatan, mereka kesulitan melihat warna,membaca buku, ataupun aktifitas lainnya.
Di Amerika, sejak tahun 1990, kecelakaan allu lintas yang paling banyak terjadi pada kalangan lansia yang disebabkan karena gangguan penglihatan. Mata yang semakin tua membutuhkan lebih banyak cahaya dan sensitive terhadap kilauan dan mungkin sulit melihat tanda; karena itu mengendarai kendaraan bias menjadi sesuatu yang berbahaya.
Tidak hanya penglihatan yang mengalami kerusakan pada masa dewasa akhir, akan tetapi juga pendengaran. 40 persen lansia mengalami gangguan pada pendengaran. Hal ini disebabkan oleh pres-bicusis, penurunan dalam kemampuan mendengarkan suara bernada tinggi yang berkaitan dengan usia.

5. Fungsi Seksual
Fungsi seksual pada masa dewasa akhir ini masih bias dipertahankan. Pria yang sehat masih bias melakukan ekspresi seksual aktf pada usia tujuh puluhan. Dan wanita bisa aktif selama hidupnya memiliki pasangan seksual; halangan utama mereka—para wanita—utnuk melakukan hubungna seksual karena ketidak adaannya pasangan.
Akan tetapi, tentu saja ada perbedaan antara seks pada masa dewasa akhir dengan saat pada kondisi lebih mudah. Pria biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk ereksi dan ejakulasi,membutuhkan stimulus manual yang lebih banyak. Basahnya payudaya wanita dan sinyal gairah seksual menjadi kurang intens disbanding sebelumnya. Vagina menjadi kurang fleksibel dan mungkin membutuhkan pelumas buatan.
Akan tetapi, sebagian besar lansia pria dan wanita dapat menikmati ekspresi seksual mereka. Hal ini terbukti dengan adanya sebuah survei kecil atas 1.384 sampel nasional di Amerika paruh baya dan lansia, rata-rata mereka puas dalam hubungan seksual mereka.

6. Kesehatan Fisik Dan Mental
Sebagian besar lansia sehat, terutama jka mereka mengikuti gaya hidup sehat. Sebagian besar memang mengalami kondisi kronis, akan tetapi tidak sampai membatasi aktivitas mereka. Jumlah lansia dengan ketidak berdayaan fisik telah menurun saat ini. Akan tetapi, mereka tetap saja membutuhkan perawatan medis yang lebih. Kesehatan fisik ini dipengaruhi oleh latihan fisik dan makanan.

Tidak hanya fisik yang mengalami gangguan, akan tetapi mental juga mengalami gangguan. Akan tetapi, kebanyakan gangguan itu masih bisa disembuhkan, keculai beberapa diantaranya, termasuk penyakit Alzheimer, gangguan otak yang ditandai dengan penurunan kognitif dan kehilangan control fungsi tubuh dan akhirna bermuara pada kematian.
B. Perkembangan Kognitif
Beberapa Aspek Perkembangan Kognitif
Kognitif yang menjadi tua di tandai kemunduran – kemunduran kognitif diantaranya : mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik, orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang, meskipun mempunyai banyak pengalaman skor yang di capai dalam tes intelegensi menjadi lebih rendah dan tidak mudah menerima ide-ide baru.
1. Kecerdasan dan Kemampuan Memproses
John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya tidak.Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized intelligence=yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence=yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun factor individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau sederhana. Denney menemukan bahwa kecakapan untuk menyelesaikan problem-problem praktis, sebenarnya justru meningkat pada usia 40-an dan 50-an. Pada penelitian lain Denney juga menemukan bahwa individu pada usia 70-an tidak lebih buruk dalam pemecehan masalah-masalah praktis bila dibandingkan mereka yang berusia 20-an.
Penurunan umum pada fungsi system saraf bisa mempengaruhi kecepatan pemprosesan informasi.walaupun demikian, penurunan tersebut bisa membatasi tugas pemprosesan tertentu dan bisa bervariasi tiap individu.
Studi longitudinal steatle menemukan bahwa fungsi kognitif pada lansia sangat bervariasi sedikit orang yang menurun pada semua atau sebagian besar bidang tertentu.
Penurunan kognitif seringkali disebabkan oleh kurangnya penggunaan kemampuan kognitif pada masa lalu. Banyak atlet yang sudah berumur bisa mendapatkan kembali kekuatan fisiknya, dan lansia yang mendapatkan pelatihan, praktik dan dukungan sosial tampaknya dapat memanfaatkan cadangan mentalnya. Orang dewasa dapat mempertahankan atau memperlebar cadangan ini dan menghindari penurunan kognitif dengan menyibukkan diri dalam program latihan mental jangka panjang
2. Memori
a) Memori Jangka Pendek
Para Periset menilai memori jangka pendek dengan meminta seseorang mengulang rangkaian angka, baik dalam urutan ke depan maupun berurut terbalik (digit span backward ). Kemampuan mengurutkan angka ke depan akan terus bertahan seiring dengan peningkatan usia. Akan tetapi, tidak demikian dengan performa deret terbalik, karena pengulangan deret ke depan hanya membutuhkan memori sensoris, yang efisiensinya terus bertahan sepanjang hidup sedangkan pengulangan deret terbalik penuntut pengolahan informasi dalam memori kerja (working memory), yang kemampuannya menurun secara gradual sejak sekitar usia 45 tahun
Faktor utamanya adalah kompleksitas tugas tersebut. Tugas yang hanya meminta pengulangan akan menunjukkan penurunan yang tidak berarti sedangkan tugas yang menuntut reorganisasi atau elaborasi akan menunjukkan penurunan yang lebih besar.

b) Memori Jangka Panjang
Komponen memori jangka panjang yang paling menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Kemampuan untuk mengingat, khususnya informasi yang baru di dapat tampaknya mulai menurun
Para periset pemprosesan informasi membagi memori jangka panjang ke dalam tiga komponen utama yaitu :
1) Memori Episodik
Memori jangka panjang pengalaman atau peristiwa tertentu di hubungkan kepada waktu dan tempat. Lansia memiliki banyak pengalaman serupa yang cenderung berjalan bersamaan. Ketika lansia memandang sebuah peristiwa sebagai sesuatu yang berbeda, mereka dapat mengingatnya sebaik yang masih muda.
2) Memori Semantik
Memori jangka panjang pengetahuan faktual umum adat istiadat dan bahasa. Memori tersebut menyimpan pengetahuan fakta sejarah, lokasi geografis, adat, dan sesuatu yang pernah terjadi. Memori ini menurun sejalan dengan bertambahnya usia.
3) Memori Prosedural
Memori jangka panjang keterampilan motor, kebiasaan, dan cara melakukan sesuatu yang kerap dapat di panggil kembali tanpa usaha tang di sengaja.

Penurunan dini pada prefrontal cortex bisa jadi menyebabkan masalah memori umum lansia seperti lupa memenuhi janji dan menyangka peristiwa yang di bayangkan sebagai benar – benar terjadi. Kemungkinan bahwa kemunduran neurologis menyebabkan pelemahan beberapa kemampuan tertentu bukan berarti tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Lansia dapat meningkatkan penilaian dengan memperhatikan aspek faktual, bukan emosional dari sebuah situasi dan menjadi lebih hati – hati dan kritis dalam dalam mengevaluasi dari mana “ingatan” tersebut berasal.
Untuk membantu meningkatkan memori pada lansia. Beberapa peneliti telah menawarkan program pelatihan mnemonics yaitu tehnik yang didesain untuk membantu orang mengingat, seperti memvisualisasikan daftar item, membuat asosiasi antar wajah dan nama, atau menstransformasikan berbagai elemen cerita ke dalam citra mental. Para lansia akan belajar terbaik apabila materi dam metode yang digunakan mempertimbangkan perubahan psikologis, fisiologis dan kognitif yang mungkin mereka alami
3. Kebijaksanaan
Ericson memandang kebijaksanaan sebagai sebuah aspek perkenbangan kepribadian masa senja. Penyidik lain mendifinisikan kebijaksanaan sebagai perluasan pemikiran post formal, yakni sintesis penalaran dan emosi
Robert Sternberg mengklasifikasikan kebijaksanaan sebagai kemampuan kognitif yang dapat di pelajari dan di uji. Kebijaksanaan adalah bentuk khusus kecerdasan praktis yang memiliki aspek moral. Kebijaksanaan tersebut memanfaatkan pengetahuan terpendam dan bertujuan mencapai kebaikan umum melalui penyeimbangan berbagai kepentingan yang sering kali saling berlawanan
Merujuk studi baltes, kebijaksanaan tidak terkait usia,akan tetapi semua orang pada semua tingkatan usia merespon lebih bijak terhadap masalah yang mempengaruhi kelompok usia mereka sendiri.
Kebijaksanaan memiliki aspek interaktif. Dalam salah satu percobaan baik yang muda maupun yang tua memberikan jawaban yang bijak. Ketika diberi waktu ekstra untuk memikirkan masalah tersebut setelah mendiskusikannya dengan pasangan, saudara, atau teman partisipan yang lebih tua memberikan jawaban yang lebih bijak di bandingkan yang lebih muda.

C. Perkembangan Psikososial
Dimasa tua, karakteristik kepribadian cenderung tetap stabil pada masa dewasa akhir, yang ditemukan adalah perbedaan cohort. Emosionalitas juga cenderung lebih positif pada usia tua, akan tetapi karakteristik kepribadian dapat memodifikasi pola ini. Tugas khusus yang yang dihadapi oleh lansia yaitu tahap akhir Erik Erikson, integritas ego versus keputusasaan, terkulminasi dalam ”moralitas” kebijaksaan atau menerima kehidupan seseorang dan kematian yang akan datang.
Lansia mengatasi masalah menurut George Vaillant menemukan bahwa penggunaan mekanisme adaptif sempurna pada awal masa dewasa memprediksi penyesuain psikososial pada masa tua. Pada model penilaian kognitif, orang dewasa pada semua usia biasanya memilih penanganan berfokus pada masalah, hanya saja lansia lebih sering melakukan penanganan berfokus pada emosi dibandingkan dewasa awal ketika situasi menghendaki hal tersebut. Disisi lain, agama merupakan isu penting penanganan berfokus pada emosi bagi banyak lansia. Lansia Afro-Amerika memiliki keterlibatan yang lebih tinggi dalam aktivitas religius dibandingkan lansia kulit putih, dan wanita kulit hitam lebih terlibat dibandingkan para prianya.
Penuaan yang sukses atau optimal adalah teori disengagement dan teori aktivitas. Teori penarikan diri (disengagement) hanya memiliki sedikit pendukung, dan temuan berkaitan dengan teori aktivitas amat beragam. Pemurnian terbaru teori aktivitas adalah teori kontinuitas dan perbedaan antara aktivitas produktif dan bersantai. Tetai Baltes dan para koleganya berpendapat bahwa penuaan yang sukses bisa jadi tergantung pada optimasi dengan kompensasi, baik dalam psikososial maupun dalam dunia kognitif.


a. Gaya hidup dan isu sosial yang berkaitan dengan usia
Isu yang berkaitan dengan pekerjaan dan pensiun dimasa tua didominasi beberapa lansia terus bekerja untuk mendapatkan bayaran, akan tetapi sebagian besar pensiun. Walupun demikian, banyak pensiunanyang memulai karir baru atau melakukan pekerjaan paruh waktu berbayar atau sukarela usia juga memiliki efek positif sekaligus negatif pada performa kerja, dan perbedaan individual lebih signifikan dibandingkan perbedaan usia.lansia cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka dan lebih komit terhadapnya dibandingkan yang lebih muda.
Situasi keuangan lansia mengalami peningkatan, akan tetapi banyak yang diperkirakan hidup dalam kemiskinan. Bagi banyak paruh baya pada saat ini dana pensiun sudah tidak lagi memadai. Karena pensiun merupakan proses berkelanjutan, dan pengaruh emsosionalnya harus dinilai sesuai konteks. Sumber daya personal ekonomi, dan sosial, serta berapa lama seseorang telah pensiun, dapat memengaruhi semangat juang. Gaya hidup umum setelah pensiun mencakup gaya hidup berfokus pada keluarga, investasi berimbang dan bersantai yang serius.
Pilihan yang dimiliki lansia dalam living arrangement :
 Di negara berkembang, para lansia biasanya tinggal bersama anak atau cucu. Di negara maju, mayoritas lansia tinggal bersama pasangan, dan hidup sendiri yang jumlahnya terus bertambah, lansia dari kaum minoritas berkecenderungan lebih besar dibandingkan lansia kulit putih untuk hidup bersama keluarga besar.
 Sebagian besar lansia Amerika memilih untuk ”menua dirumah”. Sebagian besar dapat terus berada dalam komunitas apabila mereka dapat mengandalkan pasangan atau anak untuk membantu.
 Lansia wanita berkecenderungan lebih tinggi untuk hidup sendiri dibandingkan lansia pria.sebagian besar orang Amerika yang hidup sendiri menjanda/menduda.
 Institusionalisasi merupakan sesuatu yang jarang terjadi dinegara berkembang. Akan tetapi hal tersebut meluas dengan besaran yang bervariasi di negara-negara berkembang. Di Amerika Serikat, hanya sekitar 4,5 persen populasi lansia di institusionalisasikan pada saat ini, akan tetapi jumlah tersebut terus meningkat sejalan dengan waktu. Sebagian besar penghuni panti jompo adalah lansia yang menjanda/menduda.
 Alternatif institusionalisasi yang cepat berkembang termasuk fasilitas tinggal dengan bantuan dan jenis perumahan kelompok usia lainnya.
 Kekeliruan penanganan lansia. Kekeliruan dalam memperlakukan atau melecehkan lansia yang bergantung kepada orang lain atau melanggar hak-hak pribadinya. Kekeliruan dalam memperlakukan lansia bisa dipecah ke dalam empat kategori : (1) kekerasan fisik (physical violance) yang bertujuan untuk mengakibatkan cidera, (2) pelecehan fisik atau emosional, yang bisa mencakup penghinaan dan ancaman (seperti ancaman akan diusir dari rumah atau dipantijompokan), (3) eksploitasi material, atau enggelapan uang atau barang, dan (4) penyia-nyiaan, keacuhan yang disengaja maupun yang tidak dalam memenuhi kebutuhan lansia.

b. Hubungan personal pada usia senja
Sebagian besar kehidupan lansia diperkaya oleh kehadiran teman lama dan keluarganya. Walaupun lansia tidak lagi sering berjumpa dengan orang, hubungan personal terus menjadi sesuatu yang penting. Berbagai studi juga telah menunjukkan bahwa lansia sering kali menghindari kesempatan untuk meningkatkan kontak sosial dan lebih puas dengan jaringan sosial yang lebih kecil dibandingkan dengan yang lebih muda. Walaupun demikian, kontak sosial yang dilakukan oleh lansia memiliki nilai penting yang jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Relasi merupakan hal yang sangat penting bagi lansia, walaupun frekuensi kontak sosialnya menurun di usia tua. Merujuk pada teori konvoi, reduksi atau perubahan pada kontak sosial di usia tua tidak memengaruhi kebahagiaan karena dipertahankannya kestabilan lingkaran dalam dukungan sosial.
Menurut teori selektivitas sosioemosional, lansia cenderung menghabiskan waktu bersama orang yang meningkatkan kebahagiaan emosional mereka. Dukungan sosial diasosiasikan dengan kesehatan yang baik, dan isolasi merupakan faktor resiko bagi mortalitas.

c. Relasi konsensual
Seiring dengan peningkatan tingkata harapan hidup, demikian pula dengan potensi usia panjang sebuah pernikahan. Lebih banyak pria daripada wanita yang menikah di usia senja. Pasangan suami-istri yang masih bersama di masa dewasa akhir berkecenderungan lebih besar menyatakan pernikahan mereka memuaskan dibandingkan pasangan paruh baya, dan bahkan mungkin menyatakan kepuasan tersebut meningkat (Carstensen et al., 1996; Gilford, 1986). Karena perceraian semakin mudah terjadi pada beberapa tahun, pasangan yang masih bersama sampa usia lanjut cenderung telah menyelesaikan perbedaan mereka dan telah sampai pada akomodasi memuaskan secara mutual .
Perceraian merupakan hal yang tidak biasa dikalangan lansia, dan sebagian besar lansia yang telah bercerai telah menikah kembali. Perceraaian bisa jadi sesuatu yang sangat sulit bagi lansia. Menikah kembali bisa jadi lebih rileks pada usia tua. Walaupun jumlah pria yang terus bertambah adalah menjadi duda, wanita cenderung berusia lebih panjang dari suami mereka dan tidak cenderung menikah kembali.
Ada sejumlah presentase kecil yang terus meningkat orang dewasa yang mencapai usia tua tanpa menikah. Orang dewasa yang tidak pernah menikah cenderung untuk tidak merasa sendiri dibandingkan yang bercerai atau yang menjanda. Lansia homoseksual, seperti lansia heteroseksual, memiliki keinginan yang sangat kuat trhadap intimasi, kontak seksual, dan generativitas. Banyak gay dan lesbian menyesuaikan diri terhadap penuaan dengan relatif mudah.
Pertemanan di usia tua fokus pada pendampingan dan dukungan, bukan pada pekerjaan dan parenting. Sebagian besar lansia memiliki teman dekat, dan mereka yang berada dalam kondisi tersebut lebih sehat dan bahagia. Lansia juga lebih menikmati menghabiskan waktu bersama teman ketimbang bersama keluarga, akan tetapi keluarga merupakan sumber dukungan emosional utama.
d. Hubungan kekeluargaan bukan karena pernikahan
Beberapa hubungan paling kekal dan penting dalam usia senja adalah bersumber bukan dari pilihan mutual (seprti pernikahan, hubungan homoseksual, da pertemanan), akan tetapi dari kekerabatan (kinship).
Lansia dan anak mereka cenderung sering bertemu dan berhubungan, saling memerhatikan, dan saling menawarkan bantuan kepada yang lain. Semakin bertambah jumlah orang tua lansia yang menjadi pengasuh anak yang sudah dewasa, cucu, atau cucu-buyut. Dalam beberapa segi, ketiadaan anak tidak tampak sebagai kekurangan penting di usia tua, akan tetapi perawatan bagi lansia yang lemah fisik dan tidak memiliki anak dapat menjadi sebuah masalah. Karena lansia cenderung tertekan jika mereka membutuhkan bantuan dari anak mereka. Dalam masyarakat di mana kedua generasi menilai tinggi independensi mereka, kemungkinan untuk dependensi bisa merupakan demoralisasi. Orang tua tidak ingin membebani anak mereka atau mengurangi kekayaan anak mereka. Akan tetapi, para orang tua juga tertekan dengan ketakutan tidak diperdulikan anak.
Seringkali saudara kandung menawarkan dukungan emosional bagi yang lain, dan terkadang dukungan yang lebih nyata. Para saudara perempuan pada khususnya mempertahankan ikatan persaudaraan. Semakin dekat seorang lansia hidup di dekat saudara kandungnya dan semakin banyak saudara kandung yang mereka miliki, semakin cenderung orang tersebut memercayai saudaranya.
Para buyut tidak terlalu terlibat dalam kehidupan anak dibandingkan kakek/nenek, walaupun demikian, sebagian besar menyatakan peran tersebut sudah memuaskan mereka. Para kakek nenek dan para buyut penting juga bagi mereka. Mereka adalah sumber kebijaksanaan, pendamping dalam bermain, penghubung masa lalu, dan simbol kontinuitas kehidupan keluarga. Mereka terlibat dalam fungsi generatif utama.

No comments:

Post a Comment

About Me